Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

KASYIFATUSSAJAA: TENTANG KHAUQOLAH

  Pengingat : Berkata Ibnu Malik (muhammad al Andalusi) – Pengarang Alfiyah (kitab gramatika tertinggi di Pesantren) : Lafal ajmau dan lafal2 yang ikut dalam lafal ajmain disebut dengan ism ma’rifat sebagai bentuk  alam jinsu. Sedangkan lafaz An Nafsu , Al Ain, dan Kullu adalah ism ma’rifat (ism-nya sudah tertentu)  karena ditarkib jadi idhofah. (gramatika) (tanwin tanda Nakiroh), Rijaalun = semua para lelaki tanpa kecuali, namun Al Rijalu Qawwamunu Alan Nisaa, Kata AL mengubah umum (Nakiroh) menjadi Khusus (ma’rifat), berarti pengkhususan maksudnya tidak semua lelaki yang menjadi Qawwam bagi para Wanita, hanya laki laki tertentu yang ma’ruf karakter dan kwalitasnya.  Kalimat Wala hawla wala quwwata illa billah…biasanya dimaknai : Tidak ada daya meninggalkan maksiat kepada Allah SWT kecuali dengan pertolongan Allah, dan tidak ada daya untuk mentaati Allah SWT kecuali dengan pertolongan dan taufiq dari Allah SWT. (oleh karena itu kita tidak boleh sombong, atau angkuh apabila kita m

KASYIFATUSSAJAA: TENTANG SAHABAT NABI DAN TABI'IN

  Dan juga untuk sahabat-sahabat nabi (sholawat semoga juga tercurahkan kepada mereka). Siapa sahabat itu? Orang yang pernah berjumpa dengan Nabi ﷺ  dan beriman kepada Nabi ﷺ setelah Nabi ﷺ diutus menjadi Rasul. Walaupun sebelum Rasulullah ﷺ mendapat perintah/mandat menyampaikan dakwah  (sebagai contoh walaupun seseorang itu setelah beriman belum sempat sholat, puasa dsb kerena perintah belum turun lalu setelah itu meninggal), walaupun dalam keadaan gelap gulita, atau orang yang buta ketika dia beriman maka dianggap sahabat. Walaupun tidak mengerti/melihat, atau belum tamyiz (masih kecil, namun ada kategori penerimaan hadist dari sahabat yang masih belum tamyiz, nilainya akan berbeda). Walaupun dia tidak bergaul dengan Nabi ﷺ, tapi dia beriman, maka orang ini dianggap Sahabat. Walaupun dia melihat Nabi ﷺ dari jauh tidak mendekat, atau melihat dengan sekejap,  namun dia beriman kepada Nabi ﷺ, maka dianggap sahabat. Yaitu ketika Nabi ﷺ masih hidup. Sehingga ada awliya atau orang yang ber

KASYIFATUSSAJAA: TENTANG SHOLAWAT (BAGIAN 2)

  Pengarang kitab ini memulai kitabnya dengan sholawat atas Nabi SAW, mengamalkan sebuah hadits Qudsi. “Hambaku tidak mensyukuri nikmatKu bila  tidak bersyukur kepada yang memberi nikmat  (perantara).” Nabi Muhammad adalah nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Kita harus maksimal dalam mencintai Rasulullah SAW sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Bahkan dosa dosa yang besar akan Allah SWT ampuni dengan berkat tawasul (wasilah) bersalawat kepada Nabi SAW. Ada ayat yang mengatakan “ Kalau mereka  berbuat dosa lalu datang kepadamu (Rasulullah SAW) dan memohon ampun, niscaya Allah SWT Maha Pengampun dan Penyayang. Rasulullah SAW adalah media perantara terbesar dari tiap-tiap nikmat yang Allah SWT berikan kepada ummat manusia. Tanpa Rasulullah SAW kita tidak akan mengenal Allah SWT dan Islam. Nur Muhammad diciptakan sebelum Nabi Adam AS diciptakan. Bahkan Nabi Adam AS ketika memohon taubat dengan bertawasul menggunakan nama Nabi Muhammad. Nabi Muhammad SAW diu