Langsung ke konten utama

KASYIFATUSSAJAA: TENTANG SHOLAWAT (BAGIAN 2)

 


Pengarang kitab ini memulai kitabnya dengan sholawat atas Nabi SAW, mengamalkan sebuah hadits Qudsi. “Hambaku tidak mensyukuri nikmatKu bila  tidak bersyukur kepada yang memberi nikmat  (perantara).” Nabi Muhammad adalah nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Kita harus maksimal dalam mencintai Rasulullah SAW sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Bahkan dosa dosa yang besar akan Allah SWT ampuni dengan berkat tawasul (wasilah) bersalawat kepada Nabi SAW. Ada ayat yang mengatakan “ Kalau mereka  berbuat dosa lalu datang kepadamu (Rasulullah SAW) dan memohon ampun, niscaya Allah SWT Maha Pengampun dan Penyayang.

Rasulullah SAW adalah media perantara terbesar dari tiap-tiap nikmat yang Allah SWT berikan kepada ummat manusia. Tanpa Rasulullah SAW kita tidak akan mengenal Allah SWT dan Islam. Nur Muhammad diciptakan sebelum Nabi Adam AS diciptakan. Bahkan Nabi Adam AS ketika memohon taubat dengan bertawasul menggunakan nama Nabi Muhammad. Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Rahmat bagi semesta alam. Harapan kita harus besar dalam mendapatkan syafaat Nabi SAW. Satu2nya Nabi yang akan menghadap Allah SWT untuk memberikan syafaat kepada ummatnya. Apa yang kita bisa banggakan dengan amal ibadah yang kita lakukan, tidak sepadan secuilpun dengan amal yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Namun ada harapan bahwa Rasulullah SAW menjanjikan bahwa dengan banyak bersalawat akan menjadi jaminan dekatnya dan mendapat syafaat Nabi SAW. Kita akan dijemput oleh Rasul SAW.

Penulis mengawali kitabnya dengan bersalawat kepada Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wasallam. Dengan bersandarkan sabda Nabi SAW, barangsiapa yang bersholawat kepadaku dalam kitab, maka malaikat tidak akan pernah berhenti mendoakan orang tersebut sepanjang solawat tsb masih tertulis di kitab tersebut.

Imam Hasan Al Basri R.A : Barangsiapa yang mengharapkan futuh (terbuka hatinya), maka hendaknya melakukan amal yang tersembunyi lebih banyak dari amal yang dilakukan terang terangan


Syaikh Abdul Mu’thi bin Salim mengomentari hadist “Man Sholla Alaiyya” : Barang siapa yang MENULIS sholawat DAN bersholawat, atau membaca sholawat yang ditulis dalam sebuah kitab karangan yang terkumpul, atau surat/risalah, maka malaikat akan selalu mendoakan barokah atau memohon ampunan bagi orang tersebut selama nama Nabi SAW masih terdapat dalam kitab/risalah tsb. 



 Boleh dibaca Khotamin atau Khotimin, tapi kasroh lebih masyhur. Maknanya adalah Penutup atau Segel para Nabi seperti dalam kitab Misbah, artinya tdk ada Nabi sesudah Nabi Muhammad salallahu alaihi wa sallam. Beliau SAW adalah akhir kenabian dalam wujudnya.

Keluarga Nabi SAW : Semua umat Nabi yang menerima Islam. Darimana pengertian ini, hadist Nabi SAW : keluarga Nabi salallahu alaihi wasallam adalah semua yang bertaqwa (dikeluarkan oleh Imam Tabrani no.15 hal.15) tapi penisbatan ini dimaksud dalam Maqom doa-doa saja, bukan secara harfiah. Walaupun mereka itu kadang bermaksiat. Justru karena orang orang yang bermaksiat dari ummat Nabi SAW lebih butuh dengan doa-doa daripada yang bukan ahli maksiat. Sedangkan maqom keluarga yang dimaksud dalam hal zakat adalah keluarga dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthollib. 

Notes : Asal kalimat Aali, adalah ahlun, jadi H nya diganti Hamza jadi A’lun. Kemudian Hamza diganti dengan Alif, karena sukun nya hamza, maka diganti dengan Alif, karena huruf sebelumnya adalah Fatha maka jadi Panjang AAAli. ini adalah pandangan Imam Sibawih (pakar qiroaat dan gramatika). 


Imam Kisa’i mengatakan asal kata Aaalih, dari kata  Awalun dan WA nya diganti dengan alif.

(Alenia awal Halaman 31)

Sholawat adalah media untuk mendapatkan berbagai macam harapan dan doa kita. Para ulama mengkomposisi sholawat bereksperimen melakukan riyadhoah dan tiraqat untuk mengetahui kemujarraban utk hal tertentu. Untuk hal yang seperti ini sebaiknya mendapatkan ijazah dan mengikuti apa yang dianjurkan.

Apabila diberi ijazah zikr dan sholawat maka lakukan sesuai  dengan yg diijazahkan apa adanya tidak diubah karena itulah yang terbaik.

Dukhan, 7 September 2021

Ditulis oleh M. Raflin Hambali



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KASYIFATUSSAJAA: TENTANG SHOLAWAT (BAGIAN 1)

  Wasalallahu maksudnya : Semoga Allah terus menambahkan kasih sayang dan keagungan. Karena hakikatnya Rasulullah SAW sudah diberikan kasih sayang dan keagungan oleh Allah SWT. Wa sallama maksudnya  semoga Allah SWT menambahkan utk kanjeng Nabi, berbagai kehormatan yang agung hingga sampai tingkat Quswah (mentok). Mas alatun Ismail bin Musa Al Hamidy, kalau ada yang mengatakan rahmat Allah SWT bagi nabi sudah meliputi Rasulullah, lalu kenapa kita meminta lagi dengan bersalawat? Maka jawabannya adalah : Sesungguhnya maksud salawat kita atas nabi adalah meminta rahmat daripada Allah SWT yang belum maujud (ada)-belum diberikan kepada Nabi, dan kita tidak pernah tahu setinggi apa rahmat Allah SWT (yang tidak ada batasnya) diberikan kepada Nabi, oleh karenanya kita meminta kepada Allah rahmat yang belum diberikan kepada Nabi. Mungkin saja ada rahmat Allah SWT yang belum ada pada diri nabi, dan kita minta diberikan kepada Nabi. Tidak sepatutnya sesorang yang membaca sholawat bertujuan sepe

KASYIFATUSSAJAA: TENTANG KHAUQOLAH

  Pengingat : Berkata Ibnu Malik (muhammad al Andalusi) – Pengarang Alfiyah (kitab gramatika tertinggi di Pesantren) : Lafal ajmau dan lafal2 yang ikut dalam lafal ajmain disebut dengan ism ma’rifat sebagai bentuk  alam jinsu. Sedangkan lafaz An Nafsu , Al Ain, dan Kullu adalah ism ma’rifat (ism-nya sudah tertentu)  karena ditarkib jadi idhofah. (gramatika) (tanwin tanda Nakiroh), Rijaalun = semua para lelaki tanpa kecuali, namun Al Rijalu Qawwamunu Alan Nisaa, Kata AL mengubah umum (Nakiroh) menjadi Khusus (ma’rifat), berarti pengkhususan maksudnya tidak semua lelaki yang menjadi Qawwam bagi para Wanita, hanya laki laki tertentu yang ma’ruf karakter dan kwalitasnya.  Kalimat Wala hawla wala quwwata illa billah…biasanya dimaknai : Tidak ada daya meninggalkan maksiat kepada Allah SWT kecuali dengan pertolongan Allah, dan tidak ada daya untuk mentaati Allah SWT kecuali dengan pertolongan dan taufiq dari Allah SWT. (oleh karena itu kita tidak boleh sombong, atau angkuh apabila kita m

KASYIFATUSSAJAA: TENTANG SAHABAT NABI DAN TABI'IN

  Dan juga untuk sahabat-sahabat nabi (sholawat semoga juga tercurahkan kepada mereka). Siapa sahabat itu? Orang yang pernah berjumpa dengan Nabi ﷺ  dan beriman kepada Nabi ﷺ setelah Nabi ﷺ diutus menjadi Rasul. Walaupun sebelum Rasulullah ﷺ mendapat perintah/mandat menyampaikan dakwah  (sebagai contoh walaupun seseorang itu setelah beriman belum sempat sholat, puasa dsb kerena perintah belum turun lalu setelah itu meninggal), walaupun dalam keadaan gelap gulita, atau orang yang buta ketika dia beriman maka dianggap sahabat. Walaupun tidak mengerti/melihat, atau belum tamyiz (masih kecil, namun ada kategori penerimaan hadist dari sahabat yang masih belum tamyiz, nilainya akan berbeda). Walaupun dia tidak bergaul dengan Nabi ﷺ, tapi dia beriman, maka orang ini dianggap Sahabat. Walaupun dia melihat Nabi ﷺ dari jauh tidak mendekat, atau melihat dengan sekejap,  namun dia beriman kepada Nabi ﷺ, maka dianggap sahabat. Yaitu ketika Nabi ﷺ masih hidup. Sehingga ada awliya atau orang yang ber