Pengarang kitab ini memulai kitabnya dengan sholawat atas Nabi SAW, mengamalkan sebuah hadits Qudsi. “Hambaku tidak mensyukuri nikmatKu bila tidak bersyukur kepada yang memberi nikmat (perantara).” Nabi Muhammad adalah nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Kita harus maksimal dalam mencintai Rasulullah SAW sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Bahkan dosa dosa yang besar akan Allah SWT ampuni dengan berkat tawasul (wasilah) bersalawat kepada Nabi SAW. Ada ayat yang mengatakan “ Kalau mereka berbuat dosa lalu datang kepadamu (Rasulullah SAW) dan memohon ampun, niscaya Allah SWT Maha Pengampun dan Penyayang.
Rasulullah
SAW adalah media perantara terbesar dari tiap-tiap nikmat yang Allah SWT
berikan kepada ummat manusia. Tanpa Rasulullah SAW kita tidak akan mengenal
Allah SWT dan Islam. Nur Muhammad diciptakan sebelum Nabi Adam AS diciptakan.
Bahkan Nabi Adam AS ketika memohon taubat dengan bertawasul menggunakan nama
Nabi Muhammad. Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Rahmat bagi semesta alam.
Harapan kita harus besar dalam mendapatkan syafaat Nabi SAW. Satu2nya Nabi yang
akan menghadap Allah SWT untuk memberikan syafaat kepada ummatnya. Apa yang
kita bisa banggakan dengan amal ibadah yang kita lakukan, tidak sepadan
secuilpun dengan amal yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Namun ada harapan
bahwa Rasulullah SAW menjanjikan bahwa dengan banyak bersalawat akan menjadi
jaminan dekatnya dan mendapat syafaat Nabi SAW. Kita akan dijemput oleh Rasul
SAW.
Penulis mengawali
kitabnya dengan bersalawat kepada Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wasallam. Dengan
bersandarkan sabda Nabi SAW, barangsiapa yang bersholawat kepadaku dalam kitab,
maka malaikat tidak akan pernah berhenti mendoakan orang tersebut sepanjang
solawat tsb masih tertulis di kitab tersebut.
Imam Hasan
Al Basri R.A : Barangsiapa yang mengharapkan futuh (terbuka hatinya), maka
hendaknya melakukan amal yang tersembunyi lebih banyak dari amal yang dilakukan
terang terangan
Syaikh
Abdul Mu’thi bin Salim mengomentari hadist “Man Sholla Alaiyya” : Barang siapa
yang MENULIS sholawat DAN bersholawat, atau membaca sholawat yang ditulis dalam
sebuah kitab karangan yang terkumpul, atau surat/risalah, maka malaikat akan
selalu mendoakan barokah atau memohon ampunan bagi orang tersebut selama nama
Nabi SAW masih terdapat dalam kitab/risalah tsb.
Keluarga Nabi SAW : Semua umat Nabi yang menerima Islam. Darimana pengertian ini, hadist Nabi SAW : keluarga Nabi salallahu alaihi wasallam adalah semua yang bertaqwa (dikeluarkan oleh Imam Tabrani no.15 hal.15) tapi penisbatan ini dimaksud dalam Maqom doa-doa saja, bukan secara harfiah. Walaupun mereka itu kadang bermaksiat. Justru karena orang orang yang bermaksiat dari ummat Nabi SAW lebih butuh dengan doa-doa daripada yang bukan ahli maksiat. Sedangkan maqom keluarga yang dimaksud dalam hal zakat adalah keluarga dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthollib.
Notes :
Asal kalimat Aali, adalah ahlun, jadi H nya diganti Hamza jadi A’lun. Kemudian
Hamza diganti dengan Alif, karena sukun nya hamza, maka diganti dengan Alif,
karena huruf sebelumnya adalah Fatha maka jadi Panjang AAAli. ini adalah
pandangan Imam Sibawih (pakar qiroaat dan gramatika).
Imam Kisa’i
mengatakan asal kata Aaalih, dari kata
Awalun dan WA nya diganti dengan alif.
(Alenia awal Halaman 31)
Sholawat adalah media untuk mendapatkan berbagai macam harapan dan doa kita. Para ulama mengkomposisi sholawat bereksperimen melakukan riyadhoah dan tiraqat untuk mengetahui kemujarraban utk hal tertentu. Untuk hal yang seperti ini sebaiknya mendapatkan ijazah dan mengikuti apa yang dianjurkan.
Apabila
diberi ijazah zikr dan sholawat maka lakukan sesuai dengan yg diijazahkan apa adanya tidak diubah
karena itulah yang terbaik.
Dukhan, 7 September 2021
Ditulis oleh M. Raflin Hambali
Komentar
Posting Komentar