Langsung ke konten utama

KASYIFATUSSAJAA: TENTANG SHOLAWAT (BAGIAN 1)

 



Wasalallahu maksudnya : Semoga Allah terus menambahkan kasih sayang dan keagungan. Karena hakikatnya Rasulullah SAW sudah diberikan kasih sayang dan keagungan oleh Allah SWT. Wa sallama maksudnya  semoga Allah SWT menambahkan utk kanjeng Nabi, berbagai kehormatan yang agung hingga sampai tingkat Quswah (mentok).

Mas alatun

Ismail bin Musa Al Hamidy, kalau ada yang mengatakan rahmat Allah SWT bagi nabi sudah meliputi Rasulullah, lalu kenapa kita meminta lagi dengan bersalawat?

Maka jawabannya adalah : Sesungguhnya maksud salawat kita atas nabi adalah meminta rahmat daripada Allah SWT yang belum maujud (ada)-belum diberikan kepada Nabi, dan kita tidak pernah tahu setinggi apa rahmat Allah SWT (yang tidak ada batasnya) diberikan kepada Nabi, oleh karenanya kita meminta kepada Allah rahmat yang belum diberikan kepada Nabi. Mungkin saja ada rahmat Allah SWT yang belum ada pada diri nabi, dan kita minta diberikan kepada Nabi. Tidak sepatutnya sesorang yang membaca sholawat bertujuan seperti tadi, doa kita seperti itu bukan tujuan utama. Tujuan utama adalah sebagai tawasul agar semua yang kita inginkan tujuannya berhasil (mendapat syafaat nabi, agar dicintai oleh Allah). Jangan pernah terfikir oleh kita bahwa Nabi berkurangan dalam pemberian rahmat Allah SWT, karena Nabi SAW adalah manusia pilihan yang paling diutamakan oleh Allah SWT.

Jadi utamanya kita bersalawat karena Nurut perintah Allah SWT untuk bersolawat.

Tidak boleh menggunakan doa untuk Nabi dengan sesuatu yang tidak ada contohnya, seperti Rahimahullah, sbagai contoh Nabi rahimahullah, atau Nabi R.A. Jelas Nabi sudah dirahmati oleh Allah SWT. Tidak layak tidak patut mengucapkan Rahimahullah bagi Nabi, bahkan seharusnya mencari seusatu yang pantas (laa-iq)  sesuai untuk para Nabi yaitu dengan kalimat salawat dan salam.  Hak para Anbiyaa ucapkan Alaihis solatu was salaam.


Bagi hak para sohabat, tabiin, awliya, para syuyukh = radiallahu anhu (tarodhdhi), dan hak selainnya mencukupi dengan ucapan apa saja rahimahullah, qaddsalaahu sirrahu, hafidzahullah, matta ‘aullah dst. Ini versi kitab Kasyifatus sajaa’ yaitu Taraddhi dan Tarahhum secara general boleh disematkan kepada siapa saja yang sudah meninggal.  Ini adalah bahasan Imam Ismail bin Musa Al Hamidi rahimahullah.

Dalam kitab yang lain pembagian lebih spesifik, termasuk bila mereka yang masih hidup hafidzahullah (semoga Allah SWT menjaganya) -Kalimat Tahhafudhz. Taradhdhi dan Tarohhum bagi yang sudah meninggal. Ada juga kitab yang lain juga selain nabi boleh dibacakan sholawat. Alasannya karena ucapan Sholawat yaitu Allahumma sholli alaa sayyidina Muhammad wa ala alih sayyidina Muhammad, yang juga artinya wa sholli alaa alih sayyidina Muhammad. Oleh karena keluarga Nabi bukan Nabi, boleh di salawati,  maka pada kitab ini diperbolehkan bersolawat kepada selain nabi SAW. Dan juga ada suatu Riwayat di mana Nabi pernah bersolawat bagi Ibnu Abi Aufa.


Semoga Allah menambahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada Sayyidina Muhammad. Sayyid adalah Yang Mulia, Junjungan, Ketua, Master, dsb. Oleh karena itu gagal total mereka yang mengatakan tidak boleh menggunakan sayyid dalam bersalawat karena merendahkan Nabi. Sudah jelas sekali maksudnya adalah memuliakan. Nabi mengatakan Anaa Sayyidu Waladi Aadam wala Fakhro.

Ada seorang yang menolak menggunakan hadist As Sayyidu huwa Allah . Ini adalah sayyid dalam pengertian Hakiki, sedangkan sayyid untuk Nabi adalah maksud majazi (kiasan). Dan sudah wellknown dalam usul fiqh biasa menggunakan makna majazi ketika menurunkan suatu hukum. Karena tidak mungkin Nabi menyebut dirinya Sayyid atau menyebut orang lain dengan sebutan sayyid kalau itu akan bermaksud syirik.  Oleh karena itu jangan repot bila ditantang dengan hadist ini.


 Teruntuk kepada junjugan kita Muhammad. Apa kalimat Muhammad itu? Kalimat Muhammad adalah nama yang paling afdhol untuk Rasulullah. Dalam suatu hadist disebutkan bahwa menyebut namanya ratusan : Muhammad, Toha, Yasin, Alhadi, Alamin, Almasih, dst namun yang Afdhol adalah Muhammad.

Nama ini diberikan oleh kakeknya Abdul Muthollib dalam hari ke tujuh kelahirannya SAW, karena ayahanda Nabi SAW telah meninggal sebelum kelahiran Nabi SAW. Beliau ditanya mengapa engkau memberi nama anak ini Muhammad, tidak dengan nama leluhurmu. Dijawab oleh Abdul Mutholiib: Aku berharap semoga anak ini senantiasa secara continuous dipuji (menjadi anak yang banyak dipuji) oleh penduduk langit dan bumi. Dan Allah SWT menjadikan wujud harapan Abdul Muthollib.

Abu Tholib nama aslinya adalah Abdul Manaf, beliau adalah saudara lelaki dari Ayah Nabi Abdullah  adalah anak dari Abdul Muthollib. Anak pertama Abdul Manaf adalah Tholib yang mana dalam kisahnya dia pergi dan tidak terdeteksi dalam sejarah kemana perginya. 


Ada juga yang berpendapat mengatakan bahwa yang memberi nama Muhammad adalah ibunya Aminah Binti Wahb ketika didatangi oleh malaikat dalam mimpinya wahai Aminah sesungguhnya engkau mengandung sayyid nya manusia, maka berilah ia nama Muhammad. Jadi Muhammad adalah pemberian ibunya yang mimpi didatangi malaikat yang memerintah agar diberi nama Muhammad.

 (Halaman 30 akhir) 

Dukhan, 30 Agustus 2021

Ditulis oleh M. Raflin Hambali

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KASYIFATUSSAJAA: TENTANG KHAUQOLAH

  Pengingat : Berkata Ibnu Malik (muhammad al Andalusi) – Pengarang Alfiyah (kitab gramatika tertinggi di Pesantren) : Lafal ajmau dan lafal2 yang ikut dalam lafal ajmain disebut dengan ism ma’rifat sebagai bentuk  alam jinsu. Sedangkan lafaz An Nafsu , Al Ain, dan Kullu adalah ism ma’rifat (ism-nya sudah tertentu)  karena ditarkib jadi idhofah. (gramatika) (tanwin tanda Nakiroh), Rijaalun = semua para lelaki tanpa kecuali, namun Al Rijalu Qawwamunu Alan Nisaa, Kata AL mengubah umum (Nakiroh) menjadi Khusus (ma’rifat), berarti pengkhususan maksudnya tidak semua lelaki yang menjadi Qawwam bagi para Wanita, hanya laki laki tertentu yang ma’ruf karakter dan kwalitasnya.  Kalimat Wala hawla wala quwwata illa billah…biasanya dimaknai : Tidak ada daya meninggalkan maksiat kepada Allah SWT kecuali dengan pertolongan Allah, dan tidak ada daya untuk mentaati Allah SWT kecuali dengan pertolongan dan taufiq dari Allah SWT. (oleh karena itu kita tidak boleh sombong, atau angkuh apabila kita m

KASYIFATUSSAJAA: TENTANG SAHABAT NABI DAN TABI'IN

  Dan juga untuk sahabat-sahabat nabi (sholawat semoga juga tercurahkan kepada mereka). Siapa sahabat itu? Orang yang pernah berjumpa dengan Nabi ﷺ  dan beriman kepada Nabi ﷺ setelah Nabi ﷺ diutus menjadi Rasul. Walaupun sebelum Rasulullah ﷺ mendapat perintah/mandat menyampaikan dakwah  (sebagai contoh walaupun seseorang itu setelah beriman belum sempat sholat, puasa dsb kerena perintah belum turun lalu setelah itu meninggal), walaupun dalam keadaan gelap gulita, atau orang yang buta ketika dia beriman maka dianggap sahabat. Walaupun tidak mengerti/melihat, atau belum tamyiz (masih kecil, namun ada kategori penerimaan hadist dari sahabat yang masih belum tamyiz, nilainya akan berbeda). Walaupun dia tidak bergaul dengan Nabi ﷺ, tapi dia beriman, maka orang ini dianggap Sahabat. Walaupun dia melihat Nabi ﷺ dari jauh tidak mendekat, atau melihat dengan sekejap,  namun dia beriman kepada Nabi ﷺ, maka dianggap sahabat. Yaitu ketika Nabi ﷺ masih hidup. Sehingga ada awliya atau orang yang ber