Wasalallahu maksudnya : Semoga Allah terus menambahkan kasih sayang dan keagungan. Karena hakikatnya Rasulullah SAW sudah diberikan kasih sayang dan keagungan oleh Allah SWT. Wa sallama maksudnya semoga Allah SWT menambahkan utk kanjeng Nabi, berbagai kehormatan yang agung hingga sampai tingkat Quswah (mentok).
Mas
alatun
Ismail bin
Musa Al Hamidy, kalau ada yang mengatakan rahmat Allah SWT bagi nabi sudah
meliputi Rasulullah, lalu kenapa kita meminta lagi dengan bersalawat?
Maka
jawabannya adalah : Sesungguhnya maksud salawat kita atas nabi adalah meminta
rahmat daripada Allah SWT yang belum maujud (ada)-belum diberikan kepada Nabi,
dan kita tidak pernah tahu setinggi apa rahmat Allah SWT (yang tidak ada
batasnya) diberikan kepada Nabi, oleh karenanya kita meminta kepada Allah
rahmat yang belum diberikan kepada Nabi. Mungkin saja ada rahmat Allah SWT yang
belum ada pada diri nabi, dan kita minta diberikan kepada Nabi. Tidak
sepatutnya sesorang yang membaca sholawat bertujuan seperti tadi, doa kita
seperti itu bukan tujuan utama. Tujuan utama adalah sebagai tawasul agar semua
yang kita inginkan tujuannya berhasil (mendapat syafaat nabi, agar dicintai
oleh Allah). Jangan pernah terfikir oleh kita bahwa Nabi berkurangan dalam
pemberian rahmat Allah SWT, karena Nabi SAW adalah manusia pilihan yang paling
diutamakan oleh Allah SWT.
Jadi
utamanya kita bersalawat karena Nurut perintah Allah SWT untuk bersolawat.
Tidak boleh
menggunakan doa untuk Nabi dengan sesuatu yang tidak ada contohnya, seperti
Rahimahullah, sbagai contoh Nabi rahimahullah, atau Nabi R.A. Jelas Nabi sudah
dirahmati oleh Allah SWT. Tidak layak tidak patut mengucapkan Rahimahullah bagi
Nabi, bahkan seharusnya mencari seusatu yang pantas (laa-iq) sesuai untuk para Nabi yaitu dengan kalimat
salawat dan salam. Hak para Anbiyaa
ucapkan Alaihis solatu was salaam.
Bagi hak
para sohabat, tabiin, awliya, para syuyukh = radiallahu anhu (tarodhdhi), dan
hak selainnya mencukupi dengan ucapan apa saja rahimahullah, qaddsalaahu
sirrahu, hafidzahullah, matta ‘aullah dst. Ini versi kitab Kasyifatus sajaa’
yaitu Taraddhi dan Tarahhum secara general boleh disematkan kepada siapa saja
yang sudah meninggal. Ini adalah bahasan
Imam Ismail bin Musa Al Hamidi rahimahullah.
Dalam kitab
yang lain pembagian lebih spesifik, termasuk bila mereka yang masih hidup hafidzahullah
(semoga Allah SWT menjaganya) -Kalimat Tahhafudhz. Taradhdhi dan Tarohhum bagi
yang sudah meninggal. Ada juga kitab yang lain juga selain nabi boleh dibacakan
sholawat. Alasannya karena ucapan Sholawat yaitu Allahumma sholli alaa
sayyidina Muhammad wa ala alih sayyidina Muhammad, yang juga artinya wa
sholli alaa alih sayyidina Muhammad. Oleh karena keluarga Nabi bukan Nabi,
boleh di salawati, maka pada kitab
ini diperbolehkan bersolawat kepada selain nabi SAW. Dan juga ada suatu
Riwayat di mana Nabi pernah bersolawat bagi Ibnu Abi Aufa.
Semoga
Allah menambahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada Sayyidina Muhammad. Sayyid adalah
Yang Mulia, Junjungan, Ketua, Master, dsb. Oleh karena itu gagal total mereka
yang mengatakan tidak boleh menggunakan sayyid dalam bersalawat karena
merendahkan Nabi. Sudah jelas sekali maksudnya adalah memuliakan. Nabi
mengatakan Anaa Sayyidu Waladi Aadam wala Fakhro.
Ada seorang yang menolak menggunakan hadist As Sayyidu huwa Allah . Ini adalah sayyid dalam pengertian Hakiki, sedangkan sayyid untuk Nabi adalah maksud majazi (kiasan). Dan sudah wellknown dalam usul fiqh biasa menggunakan makna majazi ketika menurunkan suatu hukum. Karena tidak mungkin Nabi menyebut dirinya Sayyid atau menyebut orang lain dengan sebutan sayyid kalau itu akan bermaksud syirik. Oleh karena itu jangan repot bila ditantang dengan hadist ini.
Nama ini
diberikan oleh kakeknya Abdul Muthollib dalam hari ke tujuh kelahirannya SAW,
karena ayahanda Nabi SAW telah meninggal sebelum kelahiran Nabi SAW. Beliau
ditanya mengapa engkau memberi nama anak ini Muhammad, tidak dengan nama
leluhurmu. Dijawab oleh Abdul Mutholiib: Aku berharap semoga anak ini
senantiasa secara continuous dipuji (menjadi anak yang banyak dipuji) oleh
penduduk langit dan bumi. Dan Allah SWT menjadikan wujud harapan Abdul
Muthollib.
Abu Tholib
nama aslinya adalah Abdul Manaf, beliau adalah saudara lelaki dari Ayah Nabi
Abdullah adalah anak dari Abdul
Muthollib. Anak pertama Abdul Manaf adalah Tholib yang mana dalam kisahnya dia
pergi dan tidak terdeteksi dalam sejarah kemana perginya.
Ada juga
yang berpendapat mengatakan bahwa yang memberi nama Muhammad adalah ibunya
Aminah Binti Wahb ketika didatangi oleh malaikat dalam mimpinya wahai Aminah
sesungguhnya engkau mengandung sayyid nya manusia, maka berilah ia nama
Muhammad. Jadi Muhammad adalah pemberian ibunya yang mimpi didatangi malaikat
yang memerintah agar diberi nama Muhammad.
(Halaman 30 akhir)
Dukhan, 30 Agustus 2021
Ditulis oleh M. Raflin Hambali
Komentar
Posting Komentar